Skip to main content

Posts

Lika Liku Efisiensi Konsumsi Energi

Hasil studi International Energy Agency (IEA) menyatakan penggunaan energi akan meningkat 50 persen pada 2050 Perkembangan ekonomi selalu diiringi dengan tingginya konsumsi energi. Hasil studi International Energy Agency (IEA) menyatakan penggunaan energi akan meningkat 50 persen pada 2050. Di saat yang sama, emisi karbon akan menginjak nilai mengkhawatirkan dan menyebabkan perubahan iklim. Pada 2014 saja, suhu bumi tercatat berada pada hawa tertinggi, yaitu 0,8 celsius. Lebih jauh lagi, peningkatan suhu udara juga mengancam kesehatan manusia. Kompas.com melansir, berdasarkan hasil penelitian The Lancet, sebanyak tujuh juta manusia terancam meninggal dunia setiap tahun akibat perubahan iklim. “Perubahan Iklim membawa dampak terhadap kesehatan, harus ada yang dilakukan sekarang, untuk masa depan kemanusiaan,” kata Margaret Chan, Direktur Jenderal World Health Organization (WHO) pada Konferensi Perubahan Iklim ke-21 di Paris. Permasalahan ini juga menjadi tant...

Dampak Pemanasan Global Bagi Kesehatan

Perubahan iklim membawa pengaruh besar terhadap kesehatan manusia, kehidupan sosial, dan lingkungan tempat tinggal kita. Manusia terancam kekurangan air bersih, sumber-sumber makanan, dan tempat tinggal yang layak huni. Demikian kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di dalam rilisnya. Antara tahun 2030 - 2050, perubahan iklim diduga akan menyebabkan kenaikan angka kematian sebesar 220 ribu jiwa per tahun akibat malanutrisi, diare, dan udara panas. Pemanasan global Selama lebih dari 50 tahun, aktivitas manusia, terutama pembakaran fosil, seperti batu bara dan minyak bumi, telah melepas sejumlah besar karbon dioksida dan emisi gas lainnya. Gas-gas ini kemudian terperangkap di bawah lapisan atmosfer dan menyebabkan pemanasan global. Dalam 130 tahun terakhir, dunia telah menghangat sekitar 0,85 derajat C. Tiga dekade terakhir ini atau terhitung sejak 1850, bumi menjadi lebih panas dari sebelumnya. Akibatnya, lapisan es bumi mencair, permukaan laut naik, dan pola pr...

Hidup di Tanah Tercemar limbah

 Skipper ingat suatu kali saat musim semi yang basah ketika cacing tanah bermunculan—dan burung yang memakannya berjatuhan dari pohon pun kejang-kejang. "Hal itu tidak akan terjadi lagi," katanya suatu hari di musim dingin yang lalu. Jun Apostol menghabiskan sebagian besar masa dewasanya di kaki gunung-limbah. Pensiunan akuntan ini pada 1978 menetap bersama keluarganya di sebuah rumah baru yang sederhana di Montebello, sebuah kawasan industri sekaligus permukiman di timur Los Angeles. Tidak jauh dari rumahnya, di kota tetangga Monterey Park, terdapat Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA) aktif—tetapi jangan khawatir, kata pengembang. Tempat itu akan segera ditutup dan dijadikan taman atau bahkan mungkin lapangan golf. Janji itu tidak kunjung terwujud. Ternyata TPA itu, bekas tambang batu yang diisi demikian banyak sampah sehingga tertimbun sampai penuh dan terus meninggi, juga menampung pembuangan satu miliar liter limbah cair industri—dan limbah cair yang...

Manusia Melanggar 4 dari 9 Batasan Bumi

Sembilan planetary boundaries atau batasan teoritis Bumi kali pertama diidentifikasi para ilmuwan pada sebuah makalah tahun 2009. Yakni, penipisan ozon, hilangnya integritas biosfer yang mengarah pada kepunahan makhluk hidup, polusi kimia, perubahan iklim, pengasaman laut, konsumsi air tawar dan siklus hidrologi global, perubahan tata guna lahan, aliran nitrogen dan fosfor ke biosfer atau lautan, dan polusi aerosol pada atmosfer. "Batasan itu mirip seperti peringatan bahaya, seperti alat pengukur suhu tinggi pada mobil Anda ," kata Ray Pierrehumbert, ahli dari University of Chicago seperti dikutip dari Washington Post . Para peneliti fokus pada konsep 9 planetary boundaries , batasan batas teoritis di mana Bumi bisa bertahan sebagai tempat tinggal kita. Mereka menyimpulkan, 4 dari 9 batasan tersebut sudah terlampaui. Yakni, perubahan iklim (level karbondioksida di atmosfer), integritas biosfer atau biosphere integrity , perubahan tata guna lahan (dipicu ...

Nabung Oksigen, Yukkkk......

  sejak dini, anak-anak mendapat edukasi lingkungan Pernahkah merasa tercekik ketika berada dalam suatu ruangan yang penuh sesak? Mungkin di angkutan umum yang tentunya tanpa air conditioner . Atau mungkin disuatu ruangan kantor/kelas sempit bersama cukup banyak orang dimana sirkulasi udara hanya mengandalkan pintu dan jendela yang terbuka. Pastinya udara menjadi terasa panas dan kita merasa tercekik seolah sulit bernafas. Ini mirip percobaan berikut: Nyalakan sebuah lilin. Setelah lilin menyala, tutuplah lilin tersebut dengan sebuah gelas. Perhatikan apa yang terjadi. Lilin itu perlahan redup dan kemudian mati. Mengapa demikian ? Lilin bisa menyala melalui proses pembakaran (oksidasi). Bila lilin kita tutup dengan gelas, maka tidak ada oksigen yang bisa masuk. Lilin hanya mengandalkan oksigen yang ada di dalam gelas untuk tetap menyala.  Karena oksigen diambil terus maka pada akhirnya oksigen di dalam gelas akan habis, semua oksigen berubah me...

Kendalikan Emisi CO2 Dengan Carbon Capture Storage

sumber gambar : disini Berbagai cara ditempuh untuk mencegah dan mengendalikan emisi CO2.   Mencegah emisi CO2 jelas lebih murah tetapi lebih sulit. Bagaimana mungkin menghentikan pengeboran migas (bahan bakar fosil), menghentikan industri baja, semen, LNG serta menghentikan  transportasi. Karena itu sejak tahun 1980-an negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Inggris, Perancis dan Norwegia berjibaku mencari jalan mengendalikan emisi CO2 agar tidak dilepas ke atmosfer. Salah satu metode pengendalian emisi CO2 adalah Carbon Capture  Store (CCS) . Yaitu suatu  metode menangkap dan menyimpan CO2 yang meliputi langkah-langkah sebagai berikut : Langkah pertama : CO2 ditangkap dari penghasil CO2 yang besar misalnya pembangkit listrik berbahan bakar fosil. Langkah kedua : Transport CO2 (pemindahan CO2). Setelah ditangkap, milyaran ton emisi CO2 dikompresi menjadi cair agar mudah diangkut ke tempat penyimpanan yang sesuai. Untuk penyimpanan di tam...

Sejuta Biopori Untuk Antisipasi Banjir di Bandung

  Banjir di jl Pagarsih Kota Bandung tahun 2012 (sumber FB) Bak ritme tahunan yang enggan diakhiri, seiring derasnya hujan, beberapa kota terlanda banjir : Jakarta, Bandung, hingga kota kecil Jepara. Banyak penyebabnya, mulai hilangnya daerah resapan air di kawasan Puncak (KBU dan Lembang di Bandung), alih fungsi lahan basah, eksploitasi air tanah hingga pasangnya air laut.   Untuk mengatasi banjir, para pakar aktif urun rembug. Mulai cara mudah dan mudah hingga proyek prestisius yang membutuhkan anggaran triliunan rupiah. Walikota Bandung, Ridwan Kamil selaku pemegang otoritas Kota Bandung pernah mengajak warganya membuat gerakan sejuta biopori yang dilaksanakan serempak dari tanggal 20 Desember hingga 25 Desember tahun 2013 silam. Progam mudah dan murah yang bisa dilakukan serentak berbekal alat pelubang biopori seharga kurang lebih Rp 300.000. Biopori? Mengapa memilih biopori? Mengapa bukan sumur resapan? Bagaimana mungkin lubang resapan biopori berdiamete...