Skip to main content

Posts

Showing posts from February, 2012

Go Green Setengah Hati....

membakar sampah di area akar pohon (dok.Maria Hardayan to)       Pernah mendengar atau mendapat pesan sebagai berikut? “ Satu pohon dewasa memproduksi oksigen cukup untuk kebutuhan 2 orang dewasa. Marilah tanam dan pelihara pohon sekarang juga “. Pesan (SMS)  dari Menteri Lingkungan Hidup ini pernah dikirim ke sekitar 18 juta pelanggan provider yang bersangkutan pada bulan Oktober 2010 silam. Efektifkah? Nampaknya sulit mengingat mayoritas pengguna telfon genggam adalah penduduk perkotaan  yang tinggal di lahan terbatas sehingga menanam 2 pohon dewasa terdengar mengada-ada. Dengan lahan terbatas penghobi tanaman harus puas mememelihara tanaman hias.  Tetapi ada pesan implisit  bahwa keberadaan pohon hanya dimaknai sebagai penghasil oksigen. Pohon hanya suatu bentuk tanpa nyawa yang harus diproduksi sebanyak-banyaknya karena kita sebagai manusia membutuhkannya. Pohon hanyalah komoditas yang bisa di perjualbelikan . Padahal pohon maupun manusia mempunyai kedudukan yang

Derita Pohon yang Tak Didengar ......

pohon keropos di alun-alun Bandung (kiri), pohon palem di depan Lapan Bandung (kanan) Klaim asuransi bisa dilayangkan oleh warga untuk mendapatkan ganti rugi bagi dirinya dan kendaraan yang tertimpa pohon tumbang, demikian penjelasan Kepala Dinas Pertamanan dan Keamanan (Distamkam) Kota Bandung, Yogi Supardjo. Untuk itu warga harus menyertakan foto dan keterangan saksi. Sedangkan bagi korban tertimpa papan reklame bisa mengklaim pada biro reklame.  Pernyataan ini untuk menepis anggapan bahwa pemerintah hanya menghimbau warga untuk menjauh dari pohon rapuh tanpa menyiapkan santunan bagi  korban. Khususnya pada saat cuaca ekstrim yang ditandai dengan angin kencang dan hujan deras. Sebetulnya  klaim asuransi  sebesar Rp 10 juta rupiah pernah diberikan secara simbolis oleh Kepala Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta Catharina Suryowati kepada ayah korban pohon tumbang, Arum Niatalih Ratna pada 12 januari 2012. Mahasiswi Trisakti tersebut menjadi korban pohon tumbang d

Bencana itu Bernama Cuaca Ekstrim

Ditengah hujan dan jebolnya tembok, membantu kelancaran lalu lintas (dok. Walhi) Tragedy masa depan sedang berjalan di depan kita dan kita sendiri yang menjalankannya. (Isac Asimov dan Frederik Pohl) Bagai  gejala-gejala yang dirasakan ketika tubuh terkena penyakit, alampun memberikan sinyal-sinyalnya. Eksploitasi sudah diambang batas. Manusia mengambil sumber daya alam tanpa memberi jeda pada alam untuk  recovery . Sehingga hujan turun hampir sepanjang tahun.  Pohon-pohon bertumbangan. Banjir hampir merata di setiap pelosok Indonesia. Di wilayah kota besar, manusia mengambil ruang melampaui keseimbangan. Sehingga tanpa isu globalwarming- pun harusnya kita mafhum bahwa apabila terjadi hujan deras pastilah banjir. Banjir penyebab macet parah karena alur kendaraan berjalan merambat. Dan bencana lain datang yaitu bahan bakar fosil yang terbuang sia-sia. Pengendara yang terjebak kemacetan dan menghamburkan waktunya untuk menunggu kemacetan terurai. Kemacetan selalu dihitung

Hilangnya Pepohonan di Kampus UIN Bandung

240 pohon yang ditebang selama 2 bulan (dok. Sunan Gunung Jati) Dekade lalu penebangan pohon demi pembangunan mungkin akan disikapi dengan sikap ambigu. Karena walau menyadari manfaatnya, tapi penebangan pohon demi  pembangunan dimaklumi sebagai solusi pragmatis. Tetapi kini ketika ruang terbuka hijau (RTH) makin berkurang dan kampanye  hijau makin terasa dampaknya maka penebangan  240 pohon  dari total 360 pohon di kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung, Jawa Barat menimbulkan kecaman para mahasiswanya. Para mahasiswa UIN tersebut melayangkan  protes  kepada rektor tetapi tidak mendapat tanggapan memuaskan sehingga akhirnya Selasa, 15 November 2011 mereka mendatangi DPRD kota Bandung dan Walikota Bandung untuk  meminta agar pihak rektorat mendapatkan sanksi. Apa jawaban Walikota Bandung, Dada Rosada ? “Bila memang pihak UIN melakukan penebangan, diwajibkan untuk mengganti pohon yang sudah ditebang. Idealnya bila memang satu pohon ditebang,wajib men

Dijual : Rongsokan Jembatan Kukar !

rongsokan Golden Gate Runtuhnya jembatan Kutai Kartanegara,  golden gate- nya Kalimantan Timur yang membelah sungai Mahakam masih menimbulkan banyak tanya. Apa penyebabnya? Pembangunan jembatan sudah direncanakan matang. Bahkan  study banding  ke Amerika, Negara yang golden gatenya di- copas -pun sudah dilakukan. Tapi jembatan yang dibangun mulai tahun 1995 hingga 2001 dan diprediksi memiliki kekuatan 40-50 tahun ternyata ambrol pada hari Sabtu 26-11-2011 pukul 17.50 silam. Aroma korupsipun merebak. Termasuk saling  tuding  antara pihak kontraktor yang menangani pembangunan dan pihak pemelihara bangunan. Demikian juga pihak Kementerian Pekerjaan Umum yang menyatakan bahwa  pemeliharaan  jembatan Kukar tidak mengikuti pedoman teknis PU karena bukan milik PU melainkan milik Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Bagaimana mungkin sesudah berumur 10 tahun dan ambrol, jembatan Kukar dinyatakan tidak mengikuti pedoman teknis PU karena pedoman tehnis  jembat

Kegenitan Kampus Undip

Sulit mencari ungkapan  tepat untuk mengungkapkan kampus baru Universitas Diponegoro di Tembalang, Semarang Provinsi Jawatengah. Memang ada jargon kampus yaitu kampus keanekaragaman hayati. Pohon-pohon dibiarkan tetap tumbuh demikian pula semak-semak bahkan ada 2 ekor sapi yang mencari rumput di area kampus. Sapi di area kampus? Begitu banyak kampus, baru sekarang penulis melihat sapi merumput dan memamah biak rumputnya dengan santai. Kebetulan hujan sedang turun, apabila tidak bisa dibayangkan ada banyak burung, kupu-kupu, belalang dan beragam serangga lainnya bersenda gurau diantara pepohonan yang asri tersebut. jalan masuk kampus Undip dan beragam bangunan fakultas di kanan kirinya Kampus baru Universitas Diponegoro ini begitu bersolek. Ada patung Diponegoro berkuda menyambut pengunjung. Ada dua gedung kembar di kanan dan kiri jalan menuju area kampus. Bak  pager bagus menyambut kedatangan siapapun yang ingin menikmati keindahan  kampus Undip. Dan tidak seperti kampus

Banjir dan Kepedulian Sosial

Banjir di jl Dr Junjunan, Bandung (dok. Gin Gin Ginanjar Noor) “Salah urus!” umpat beberapa akun facebook ketika mendapat kiriman gambar banjir  diatas. Mengumpat, menjadi kebiasaan kronis yang sering dilakukan. Apalagi melihat banjir di pintu gerbang Bandung, jalan Dr Junjunan (Terusan Pasteur) pada tanggal 14 Desember 2011 silam yang mengakibatkan beberapa kendaraan harus “berenang” dan menyisakan “malu!” Tetapi apakah banjir setinggi 3 meter bisa terselesaikan dengan kata malu? Sementara DPRD kota Bandung dan pemkot saling  berdebat.  Ketua Komisi C DPRD kota Bandung Entang Suryawaman mengatakan bahwa pemkot Bandung harus membangun saluran air lebih lebar selain mengeruk sedimentasi bercampur sampah pada sungai yang mengalir melintasi jalan Dr Junjunan. Sementara Wakil Wali Kota Bandung Ayi Vivananda menyindir jumlah anggaran yang minim dan lebih mementingkan  belanja hibah, bantuan sosial dan perjalanan dinas. Pernyataan kedua pejabat tersebut tidak sepenuhnya salah

Derita Anak Sekolah di Provinsi Banten yang Kaya Raya

Hard days to get a school (dok. Arif Budiman Effendi) Tahun 1985, ketika presiden Suharto sedang asyik menebar senyum magisnya, bercerita tentang negaranya yang sedang tinggal landas dan berhasil swadaya pangan. Nun berjarak sekitar 130 km dari istananya, masyarakat Lebak Banten berjibaku dengan ketiadaan listrik, keterbatasan pangan, ketiadaan air bersih, jalan-jalan berlubang seluas kubangan kerbau. Anak-anak Sekolah Dasar (SD) Inpres setempat harus “nyeker” (bertelanjang kaki) atau bersendal jepit dan menempuh jarak jauh untuk tiba di sekolahnya. Dalam rangka riset oralit dan dana bantuan USAID untuk masyarakat, penulis beruntung karena berkesempatan tinggal dirumah 3 guru Inpres yang lokasinya berseberangan dengan sekolah tempat mereka mengajar. 3 guru untuk 6 kelas. Setiap kelas mempunyai murid 10-15 orang siswa. Berseragam merah putih kumal, berbekal sebuah buku yang digulung dan diselipkan di saku kemeja serta pensil yang sudah diraut pendek hingga harus disambung kerta