Skip to main content

Hilangnya Pepohonan di Kampus UIN Bandung


1321478445657142008
240 pohon yang ditebang selama 2 bulan (dok. Sunan Gunung Jati)
Dekade lalu penebangan pohon demi pembangunan mungkin akan disikapi dengan sikap ambigu. Karena walau menyadari manfaatnya, tapi penebangan pohon demi  pembangunan dimaklumi sebagai solusi pragmatis. Tetapi kini ketika ruang terbuka hijau (RTH) makin berkurang dan kampanye hijaumakin terasa dampaknya maka penebangan 240 pohon dari total 360 pohon di kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung, Jawa Barat menimbulkan kecaman para mahasiswanya.

Para mahasiswa UIN tersebut melayangkan protes kepada rektor tetapi tidak mendapat tanggapan memuaskan sehingga akhirnya Selasa, 15 November 2011 mereka mendatangi DPRD kota Bandung dan Walikota Bandung untuk  meminta agar pihak rektorat mendapatkan sanksi. Apa jawaban Walikota Bandung, Dada Rosada ?

“Bila memang pihak UIN melakukan penebangan, diwajibkan untuk mengganti pohon yang sudah ditebang. Idealnya bila memang satu pohon ditebang,wajib menggantinya sebanyak 100 pohon dan itu harus dilakukan oleh mereka,”tegas Dada Rosada.

Ketua DPRD Kota Bandung Erwan Setiawan pun menyatakan sikap yang sama yaitu menyayangkan penebangan ratusan pohon tersebut. “Ironis sekali apa yang dilakukan mereka, melakukan penebangan ketika RTH kota Bandung baru mencapai 9 % dari  angka ideal 20%.

Akankah pihak rektorat mempedulikan suara mahasiswanya dan himbauan Walikota Bandung serta Ketua DPRD Kota Bandung? Hingga kini belum ada jawaban.
Ataukah  hanya akan menjadi sekedar lelucon tak lucu karena pada bulan Juni 2011, Walikota Bandung memberi toleransi penebangan 30 pohon untuk pembangunan  shelter bus Trans Metro Bandung (TMB)?  Penebangan pohon di sepanjang jalan Soekarno Hatta yang tandus tersebut berjalan lancar tanpa menuai protes.

Jadi bagaimana mungkin pihak rektorat terkena sanksi. Toh masih ada sekitar 120 pohon yang tersisa.  Perda Kota Bandung Nomor 03 tahun 2005 tentang penyelenggaraan Ketertiban, Kebersihan dan Keindahan (K3) hanya mewajibkan penanaman pohon pelindung/produktif di halaman dan pekarangan bangunan.Tanpa menyebutkan jumlah tanaman per luas bangunan.

Masalahnya tidak terletak pada sekedar mirisnya para mahasiswa melihat pohon berusia 20 tahun dengan tinggi 15-20 meter dan diameter kurang lebih semester itu ditebang. Khususnya karena  mereka turut andil dalam penanaman pohon. Tetapi sebagai mahasiswa dan alumni UIN yang kafah, mereka mengetahui dengan pasti bahwa Al-Qur’an dan As-Sunnah memberikan tuntunan dalam masalah pelestarian lingkungan.

Salah satunya adalah riwayat hadits dari Anas bin Malik tentang sabda Rasulullah SAW:
“Jika kiamat terjadi dan salah seorang diantara kalian memegang bibit pohon korma, lalu ia mampu menanamnya sebelum bangkit berdiri, hendaklah ia bergegas menanamnya”.
Betapa besarnya perhatian Islam terhadap penanaman pohon dan penghijauan dunia. Bahkan ketika terjadi kiamat yang menimbulkan kebingungan dan kekacauan, tetapi tangan kita masih memegang benih pohon maka Islam  menganjurkan untuk menyempatkan diri menanamnya.

Dan hadits Anas bin Malik tentang sabda Rasullulah SAW lainnya :
“Tidaklah seorang muslim menanam tanaman, kemudian (buah atau biji) tanaman tersebut dimakan oleh burung, manusia ataupun binatang ternak, melainkan hal tersebut sudah termasuk sedekah darinya”.

Hadits tersebut mengajarkan tentang bercocok tanam dan pemberdayaan lahan yang bernilai sedekah bagi orang yang menanamnya, baik dimakan burung, hewan ternak, hewan buas maupun manusia. Dan pahala hasil bercocok tanam akan mengalir sampai hari kiamat.

Jelaslah kepedulian mahasiswa UIN ini bukan sekedar terdorong semangat romantisme ditebangnya ratusan pohon tetapi pada kekecewaan atas ketidakpedulian rektorat karena pembangunan tidak mungkin berjalan tanpa perencanaan bertahun-tahun yang lalu.

Bantuan Bank Dunia bagi pembangunan fakultas baru UIN mungkin sudah berjalan sekitar lima tahun yang lalu. Waktu yang cukup untuk menyosialisasikan pada mahasiswa akan adanya pembangunan sehingga mutlak diperlukan penanaman pohon baru untuk menggantikan pohon yang tumbuh pada titik-titik pembangunan.

Selain itu pihak rektorat juga bisa mengkompensasi penanaman pohon di lokasi lain atau bahkan apabila  memungkinkan membangun gedung baru di lokasi baru. Semua serba mungkin apabila terjadi dialog untuk kompromi. Karena para mahasiswa protes atas kerusakan lingkungan yang diakibatkan penebangan pohon. Suatu sikap yang perlu diacungi jempol mengingat banyaknya protes mahasiswa lebih bersifat tehnis kemahasiswaan seperti  pergantian Rektor atau kenaikan uang kuliah.

Protes mahasiswa UIN Sunan Gunung Jati menunjukkan kepedulian yang seharusnya ditunjukkan mahasiswa penerus amanat bangsa. Karena protes mereka melambangkan pepatah:
LEUWEUNG RUKSAK, CAI BEAK, MANUSA BALANGSAK…!!!
Atau :
NO FOREST, NO WATER, NO FUTURE…!!!

**Maria Hardayanto**
13214785451011958850
pohon-pohon yang ditebang di kampus UIN (dok. Sunan Gunung Jati)

Comments

Popular posts from this blog

Kegenitan Kampus Undip

Sulit mencari ungkapan  tepat untuk mengungkapkan kampus baru Universitas Diponegoro di Tembalang, Semarang Provinsi Jawatengah. Memang ada jargon kampus yaitu kampus keanekaragaman hayati. Pohon-pohon dibiarkan tetap tumbuh demikian pula semak-semak bahkan ada 2 ekor sapi yang mencari rumput di area kampus. Sapi di area kampus? Begitu banyak kampus, baru sekarang penulis melihat sapi merumput dan memamah biak rumputnya dengan santai. Kebetulan hujan sedang turun, apabila tidak bisa dibayangkan ada banyak burung, kupu-kupu, belalang dan beragam serangga lainnya bersenda gurau diantara pepohonan yang asri tersebut. jalan masuk kampus Undip dan beragam bangunan fakultas di kanan kirinya Kampus baru Universitas Diponegoro ini begitu bersolek. Ada patung Diponegoro berkuda menyambut pengunjung. Ada dua gedung kembar di kanan dan kiri jalan menuju area kampus. Bak  pager bagus menyambut kedatangan siapapun yang ingin menikmati keindahan  kampus Undip. Dan tidak seperti kampus

Dampak Pemanasan Global Bagi Kesehatan

Perubahan iklim membawa pengaruh besar terhadap kesehatan manusia, kehidupan sosial, dan lingkungan tempat tinggal kita. Manusia terancam kekurangan air bersih, sumber-sumber makanan, dan tempat tinggal yang layak huni. Demikian kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di dalam rilisnya. Antara tahun 2030 - 2050, perubahan iklim diduga akan menyebabkan kenaikan angka kematian sebesar 220 ribu jiwa per tahun akibat malanutrisi, diare, dan udara panas. Pemanasan global Selama lebih dari 50 tahun, aktivitas manusia, terutama pembakaran fosil, seperti batu bara dan minyak bumi, telah melepas sejumlah besar karbon dioksida dan emisi gas lainnya. Gas-gas ini kemudian terperangkap di bawah lapisan atmosfer dan menyebabkan pemanasan global. Dalam 130 tahun terakhir, dunia telah menghangat sekitar 0,85 derajat C. Tiga dekade terakhir ini atau terhitung sejak 1850, bumi menjadi lebih panas dari sebelumnya. Akibatnya, lapisan es bumi mencair, permukaan laut naik, dan pola pr

Bauran Energi 25-25, Strategi Indonesia Hadapi Krisis Energi

bauran energi 2025 Aksi protes pro demokrasi  di berbagai negara Arab menyusul mundurnya presiden Tunisia dan Mesir mengakibatkan harga minyak dunia melesat diatas US $104 per barel . Harga yang relative sulit turun mengingat situasi yang makin memanas. Iran berupaya mengirim kapal-kapal angkatan laut ke kawasan Mediterania dan Pemimpin Libya, Muammar Khadafi memerintahkan mengganggu ekspor minyak Libya dengan menghancurkan pipa ke Mediterania Tertanggal 23 Februari 2011, Libya menyatakan force majeur dan efektif membatalkan kontrak minyak. Padahal Libya merupakan pemilik cadangan minyak terbesar di Afrika sebesar 42 miliar barel dan menjadi produsen ke empat terbesar di Afrika dengan produksi 1,8 juta barel per hari. Sedangkan Bahrain, Yaman, Aljazair, Libya dan Iran - mewakili sepuluh persen dari produksi minyak mentah dunia,” Tanpa tragedy dan ketegangan yang meningkat di Timur Tengah dan Afrika Utara, para  pe