Skip to main content

Manusia Melanggar 4 dari 9 Batasan Bumi







Sembilan planetary boundaries atau batasan teoritis Bumi kali pertama diidentifikasi para ilmuwan pada sebuah makalah tahun 2009. Yakni, penipisan ozon, hilangnya integritas biosfer yang mengarah pada kepunahan makhluk hidup, polusi kimia, perubahan iklim, pengasaman laut, konsumsi air tawar dan siklus hidrologi global, perubahan tata guna lahan, aliran nitrogen dan fosfor ke biosfer atau lautan, dan polusi aerosol pada atmosfer.

"Batasan itu
mirip seperti peringatan bahaya, seperti alat pengukur suhu tinggi pada mobil Anda ," kata Ray Pierrehumbert, ahli dari University of Chicago seperti dikutip dari Washington Post.

Para peneliti fokus pada konsep 9 planetary boundaries, batasan batas teoritis di mana Bumi bisa bertahan sebagai tempat tinggal kita. Mereka menyimpulkan, 4 dari 9 batasan tersebut sudah terlampaui. Yakni, perubahan iklim (level karbondioksida di atmosfer), integritas biosfer atau biosphere integrity, perubahan tata guna lahan (dipicu deforestasi), dan perubahan sistem siklus biogeokimia -- aliran nitrogen atau fosfor yang salah satunya ada dalam pupuk ke laut.

Penulis utama sekaligus Direktur Eksekutif Australian National University Climate Change Institute, Will Steffen mengatakan, perubahan iklim dan integritas biosfer adalah masalah yang paling mendesak.

"Tak ada keraguan dalam pikiran saya: bahwa manusia mendorong Bumi keluar dari periode stabilitasnya yang telah bertahan selama 12.000 tahun,"  kata dia, (sumber : News.com.au)
"Pelanggaran terhadap batas-batas tersebut meningkatkan risiko sistem Bumi akan beralih ke kondisi yang sangat merusak bagi manusia."

Steffen menambahkan, pesatnya industrialisasi manusia sejak 1950-an telah mempercepat pelanggaran batas tersebut.

"Bumi adalah sebuah sistem yang kompleks. Dan meski tak mungkin untuk memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan, namun jelas, bahwa cara hidup kita saat ini bisa menyebabkan kerusakan permanen," kata dia. "Manusia kini hidup dalam suhu Bumi, yang terpanas yang pernah tercatat. Saya bisa menjamin kondisi di masa depan akan lebih buruk."

Steffen menambahkan, pertumbuhan ekonomi dan konsumsi manusia tak terpisahkan dalam masyarakat kontemporer, manusia harus menahan diri, menciptakan batasan dengan parameter tertentu untuk menjaga kestabilan Bumi.
Sejatinya, manusia punya alat dan teknologi untuk mengarahkan struktur sosial sehingga kita bisa mengurangi risiko tersebut. Misalnya, "dengan mengubah teknologi yang kita gunakan, mengurangi emisi  dan menggunakan energi terbarukan, kita akan dapat meminimalkan  risiko."

Para ilmuwan memang belum bisa memastikan, apakah pelanggaran batas tersebut akan berdampak pada malapetaka.  Namun, ini peringatan dari mereka: "Kita tahu bahwa peradaban manusia mulai berkembang selama skala waktu geologi yang berlangsung mulai sekitar 10.000 tahun radiokarbon-- sebuah epos Holosen (Holocene) -- di bawah kondisi lingkungan yang relatif stabil. Bukan yang terjadi saat ini.

Tak ada yang tahu pasti, apa yang terjadi pada peradaban manusia jika kondisi Bumi terus berubah. Namun dipastikan , " Bumi bakal makin tak ramah bagi perkembangan manusia”. Dan diprediksi  paling cepat, hal itu bisa terjadi pada tahun 2050.

sumber

Comments

Popular posts from this blog

Kegenitan Kampus Undip

Sulit mencari ungkapan  tepat untuk mengungkapkan kampus baru Universitas Diponegoro di Tembalang, Semarang Provinsi Jawatengah. Memang ada jargon kampus yaitu kampus keanekaragaman hayati. Pohon-pohon dibiarkan tetap tumbuh demikian pula semak-semak bahkan ada 2 ekor sapi yang mencari rumput di area kampus. Sapi di area kampus? Begitu banyak kampus, baru sekarang penulis melihat sapi merumput dan memamah biak rumputnya dengan santai. Kebetulan hujan sedang turun, apabila tidak bisa dibayangkan ada banyak burung, kupu-kupu, belalang dan beragam serangga lainnya bersenda gurau diantara pepohonan yang asri tersebut. jalan masuk kampus Undip dan beragam bangunan fakultas di kanan kirinya Kampus baru Universitas Diponegoro ini begitu bersolek. Ada patung Diponegoro berkuda menyambut pengunjung. Ada dua gedung kembar di kanan dan kiri jalan menuju area kampus. Bak  pager bagus menyambut kedatangan siapapun yang ingin menikmati keindahan  kampus Undip. Dan tidak seperti kampus

Dampak Pemanasan Global Bagi Kesehatan

Perubahan iklim membawa pengaruh besar terhadap kesehatan manusia, kehidupan sosial, dan lingkungan tempat tinggal kita. Manusia terancam kekurangan air bersih, sumber-sumber makanan, dan tempat tinggal yang layak huni. Demikian kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di dalam rilisnya. Antara tahun 2030 - 2050, perubahan iklim diduga akan menyebabkan kenaikan angka kematian sebesar 220 ribu jiwa per tahun akibat malanutrisi, diare, dan udara panas. Pemanasan global Selama lebih dari 50 tahun, aktivitas manusia, terutama pembakaran fosil, seperti batu bara dan minyak bumi, telah melepas sejumlah besar karbon dioksida dan emisi gas lainnya. Gas-gas ini kemudian terperangkap di bawah lapisan atmosfer dan menyebabkan pemanasan global. Dalam 130 tahun terakhir, dunia telah menghangat sekitar 0,85 derajat C. Tiga dekade terakhir ini atau terhitung sejak 1850, bumi menjadi lebih panas dari sebelumnya. Akibatnya, lapisan es bumi mencair, permukaan laut naik, dan pola pr

Bauran Energi 25-25, Strategi Indonesia Hadapi Krisis Energi

bauran energi 2025 Aksi protes pro demokrasi  di berbagai negara Arab menyusul mundurnya presiden Tunisia dan Mesir mengakibatkan harga minyak dunia melesat diatas US $104 per barel . Harga yang relative sulit turun mengingat situasi yang makin memanas. Iran berupaya mengirim kapal-kapal angkatan laut ke kawasan Mediterania dan Pemimpin Libya, Muammar Khadafi memerintahkan mengganggu ekspor minyak Libya dengan menghancurkan pipa ke Mediterania Tertanggal 23 Februari 2011, Libya menyatakan force majeur dan efektif membatalkan kontrak minyak. Padahal Libya merupakan pemilik cadangan minyak terbesar di Afrika sebesar 42 miliar barel dan menjadi produsen ke empat terbesar di Afrika dengan produksi 1,8 juta barel per hari. Sedangkan Bahrain, Yaman, Aljazair, Libya dan Iran - mewakili sepuluh persen dari produksi minyak mentah dunia,” Tanpa tragedy dan ketegangan yang meningkat di Timur Tengah dan Afrika Utara, para  pe