Skip to main content

Posts

Menjelang Krisis Air Di Kota Pekalongan

Awal tahun 2014, air di bak mandi yang bersumber dari sumur di rumah Ayub Khan, di Kelurahan Pringlangu, Kecamatan Pekalongan Barat, Kota Pekalongan, berubah warnanya. Air yang semula jernih telah berubah menjadi  merah tua, berbusa dan baunya sangat menyengat. Ayub Khan bertambah kaget saat melihat ikan-ikan yang ada di kolamnya tiba-tiba mati. Diduga, berubahnya warna air sumur dan matinya ikan-ikan di kolamnya karena tercemar limbah batik serta usaha pencucian jin yang ada di lingkungan tempat tinggalnya. “Sejak mengetahui air sumur  tercemar limbah, saya tidak berani lagi menggunakan air sumur untuk mandi. Apalagi untuk dikonsumsi sehari-hari. Saya beralih menggunakan air PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum),” terangnya, Kamis (26/6). Di tempat terpisah, sumur-sumur warga di Kelurahan Pabean, Kecamatan Pekalongan Utara, airnya juga berubah warna. “Airnya berasa asin dan warnanya berubah-ubah. Kadang coklat, kadang merah,” tutur Hidayat, salah seorang...

Pangan Indonesia Terancam Gara-gara Amerika Kekeringan

Berita Terkait 746 Desa di NTT Berisiko Rawan Pangan Tinggi [YOGYAKARTA] Dosen UPN Veteran Yogyakarta, Budyastuti Pringgohandoko mengatakan, ketergantungan Indonesia pada gandum impor Amerika, kini menuai dampak yang sangat buruk. Saat terjadi kekeringan di Amerika, lonjakan harga pun terjadi, dan langsung mengancam stabilitas pangan Indonesia. Dikatakan, impor gandum mencapai 7,4 juta ton pada tahun 2010-2011 dan naik kembali menjadi 7,8 juta ton pada tahun 2011-2012. “Kondisi di Amerika berpotensi menimbulkan gejolak pangan di Indonesia,” katanya dalam ujian terbuka program doktor Fakultas Pertanian UGM, Senin (26/8). Budyastuti Pringgohandoko mengatakan, potensi produksi gandum lokal belum mendapat perhatian. “Selama ini, kebutuhan tepung terigu di Indonesia dipenuhi dari impor, yang cenderung meningkat pada tahun-tahun mendatang, seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Apalagi, globalisasi pangan dunia dan kenyataan bahwa di Indonesia belum memproduks...

Investasi Miliarder Rockefeller ke Energi Terbarukan

Keluarga Rockefeller, pengusaha minyak sukses yang membangun usaha mereka melalui Standard Oil di akhir abad 19, akan mengalihkan investasi mereka dari minyak fosil ke energi terbarukan. Dalam pernyataan resminya, The Rockefeller Fund  mengalokasikan investasi 860 juta dolar AS untuk investasi baru mereka dengan memangkas alokasi dari investasi batu bara dan pasir minyak. Salah satu ahli waris John D Rockefeller, Stephen Heintz mengatakan rencana ini seiring dengan keinginan leluhurnya. "Kami yakin, jika John Rockefeller masih hidup dan melihat perkembangan bisnis masa depan, ia akan melakuan yang sama, berinvestasi di energi terbarukan," kata Heintz seperti dikutip The Telegraph , Senin (22/9). Rockefeller tak hanya mempertimbangkan alasan ekonomi untuk investasi ini, tapi juga alasan moral. Mereka ingin menunjukkan komitmen mereka melawan perubahan iklim. "Jadi bagian tanggung jawab moral kami untuk menjaga bumi tetap sehat," salah satu anggota ...

Krisis Air di Purwakarta

REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Krisis air di Kabupaten Purwakarta memerlukan solusi jangka panjang jika tak ingin terus menerus berhadapan dengan masalah yang akrab menyapa di musim kemarau itu. Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Kabupaten Purwakarta, Wawan Tarsamana Setiawan mengaku suplai air bersih yang kini dilakukan untuk membantu warga yang kesulitan mendapat air hanya solusi jangka pendek. Berdasarkan laporan Dinas ESDM Purwakarta, saat ini terdapat 12 kecamatan yang menderita krisis air bersih. Di antaranya terdapat kecamatan Tegalwaru, Plered, dan Pondok Salam yang merupakan daerah langganan kekeringan. Pemerintah daerah saat ini masih mengupayakan pengiriman air bersih dengan truk tangki untuk membantu daerah tersebut. Salah satu solusi jangka panjangnya, yakni dengan membuat sumur bor di lokasi-lokasi itu. Tapi, sebelumnya harus dilihat dulu apa di lokasi tersebut terdapat mata air bawah tanah atau tidak," ujar Wawan, Ahad (21/9). W...

Diskusi: Kanal Terbukti Gagal

Sejarah mencatat kanal terbukti tak mampu mencegah banjir di Jakarta. OLEH: HENDARU TRI HANGGORO SEJAK bernama Batavia, kota Jakarta tak pernah lepas dari banjir. Tercatat, banjir pernah melanda sebagian besar kota Batavia lama pada 1670. Padahal kala itu Kongsi Dagang Belanda (VOC) sudah membangun kanal di Batavia. “Pembangunan kanal di Batavia justru menimbulkan masalah baru, rusaknya ekologi kota. Bukan mengurangi banjir,” kata Bondan Kanumoyoso, sejarawan Universitas Indonesia dalam diskusi bertajuk “Masa Lalu, Masa Kini, Masa Banjir” yang dihelat majalah Historia dan Wisdom Institute, di Newseum Cafe, Jakarta, 29 Januari 2013. Meski kanal dibangun, air tak lantas mengalir lancar. Malah kerapkali kanal itu tak mampu menampung air. “Saat musim hujan, air di kanal-kanal itu meluap. Sebaliknya, musim kemarau, kanal-kanal itu kering sehingga menimbulkan bau busuk dan penyakit,” terang Bondan. Kondisi ini diperparah dengan maraknya pabrik gula ...

Warga Jambi Terpaksa Gunakan Air Berkubang Babi Hutan

    VIVAnews - Bencana kekeringan akibat musim kemarau terjadi di seluruh wilayah Jambi. Masyarakat wilayah Kabupaten Jambi semakin kesulitan memperoleh air bersih, terutama bagi warga yang tinggal di daerah dataran tinggi. Seperti yang dirasakan oleh warga daerah Pemenang, Merangin, Jambi. Akibat kemarau, semua sumber air dan sumur warga di daerah tersebut kini kering kerontang.  Hal itu menyebabkan tidak ada pilihan bagi warga untuk menggunakan air limbah yang berada jauh di tepian hutan desa untuk mandi, mencuci pakaian, bahkan untuk minum. "Pengambilan air itu biasanya dipenuhi oleh babi hutan untuk berkubang pada waktu sore hari," ujar Ujang, warga setempat. Namun, warga kini terpaksa mengonsumsi air keruh yang berbau tak sedap itu setiap harinya.  Warga Pemenang berharap, pemerintah daerah segera mengulurkan bantuan air bersih kepada mereka. Karena, selain sudah terancam wabah penyakit akibat mandi dan minum air kotor, te...

Tentang Gagalnya Sistem Kanal

HISTORIA.CO.ID - Penanggulangan banjir sudah dilakukan sejak masa VOC, tapi air tetap merendam Jakarta. BATAVIA, 1 Januari 1892. Selama delapan jam lebih, hujan turun begitu lebatnya. Saluran air tak mampu menampung limpahan air. Banjir pun melanda. Sejumlah rumah terendam banjir. Rel kereta api Batavia-Buitenzorg (kini Bogor) nyaris terendam di daerah sekitar Pasar Minggu. Setahun berselang, banjir kembali melanda. Kali ini banyak perkampungan dan bagian kota yang lebih modern ikut terendam seperti Kampung Kepu, Bendungan, Nyonya Wetan, dan Kemayoran. Banjir tak hanya merusak jalan-jalan di Weltevreden, “tapi juga merusak perekonomian,” tulis Restu Gunawan dalam Gagalnya Sistem Kanal . Singkat kata, “banjir yang terjadi tahun 1893 mengakibatkan Batavia terendam.” Jakarta (dulu Batavia) merupakan dataran rendah yang elevasi maksimalnya tak lebih dari tujuh meter dpl. Di banyak tempat, bahkan ada yang berada di bawah permukaan laut. Jumlahnya kira-kira mencapai...