Skip to main content

Sungai, Butuh Tapi Dicuekin



1343340889987074749
aliran Sungai Citarum yang tercemar limbah pabrik (doc. Cita-Citarum)
Hari ini, Jum’at 27 Juli 2012 untuk pertamakalinya kita memperingati Hari Sungai Nasional  sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2011 pasal 74: “Dalam rangka memberikan motivasi kepada masyarakat agar peduli terhadap sungai, tanggal ditetapkannya Peraturan Pemerintah ini ditetapkan sebagai Hari Sungai Nasional.”

Mengapa peringatan ini menjadi penting? Karena:

Merawat Sungai , Merawat Kehidupan”  Demikian judul lukisan Tita Larasati , pelukis dan dosen  FSRD ITB yang dirangkainya khusus untuk memaknai betapa hidup kita amat tergantung pada sungai.
1343341089254914176
Sungai, urat nadi kehidupan, by Tita Larasati

Sesuai dengan kisah ketika ribuan tahun yang lampau, kota-kota besar di dunia mengawali peradabannya di sepanjang sungai. Sungai adalah sumber air dan sarana transportasi. Sebagai contoh adalah Sungai Citarum  yang menjadi urat nadi kehidupan  provinsi Jawa Barat dan DKI Jakarta. Airnya dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan mulai dari memasak, mencuci hingga pertanian. Sungai Citarum melayani kebutuhan 25 juta jiwa, mengairi 240.000 hektar sawah dan menghasilkan 1.400 megawatt listrik.

Tetapi apa yang kita lakukan terhadap Sungai Citarum?  Sungai Citarum hanya dipahami sebatas makna pemberi kehidupan. Selebihnya tidak ada upaya pemeliharaan. Mulai dari penggundulan daerah hulu, alih fungsi daerah aliran sungai (DAS) sebagai kawasan perumahan serta menjadi tempat membuang segalanya: kotoran manusia, sampah rumah tangga, kotoran hewan hingga limbah pabrik.
Akibatnya Sungai Citarum mengalami laju sedimentasi 10 juta meter kubik per tahun (Dishut Jabar 2011). Selain itu data Jasa Tirta II menunjukkan bahwa waduk Jatiluhur sudah mengkhawatirkan karena jumlah air yang tersedia di bendungan hanya 2,98 milyar meter kubik. Padahal kebutuhan mencapai 3,63 milyar meter kubik. Sehingga terjadi defisit air 0,65 milyar meter kubik.

Mamaknai sungai secara primitiflah yang membuat orang gemar membuang sampah di sungai. Mengapa primitif? Karena pada jaman dahulu kala jumlah penduduk masih sedikit. Membuang sampah ke sungaipun tak terlalu bermasalah karena sudah terurai sebelum aliran sungai melewati kampung berikutnya.

Berbeda dengan abad millenium ketika jumlah penduduk berkembang dengan cepat. Mereka memerlukan tempat tinggal dan daerah aliran sungai (DAS) adalah wilayah tak bertuan yang paling menarik untuk dibangun perumahan liar.

Pertambahan penduduk berarti bertambah pula sampah yang dihasilkan. Dan bagi penduduk sepanjang aliran sungai, membuang sampah ke sungai merupakan solusi termudah. Cepat terbawa arus dan gratis!  Apapun dibuang ke sungai mulai dari sisa makanan hingga mebel seperti kursi patah, kasur bolong dan mebel lainnya yang sudah tidak dikehendaki.

Tetapi sampah yang paling merusak adalah berbagai plastik dan limbah industry. Sifat plastik yang tidak mudah hancur (baca : Jangan Terkecoh Kantung Plastik Ramah Lingkungan)menyebabkan sampah plastik berkumpul di lautan menjadi santapan burung laut dan binatang lainnya. Biota laut mati tetapi sampah plastik tetap ada. Sesuai sifatnya yang tidak dapat terurai hingga ratusan tahun lamanya.

13433412241621185335
sampah di sepanjang aliran air sungai (dok. Alfred Sitorus)
Sedangkan limbah pabrik tidak hanya meracuni air sungai tetapi juga merembes dan mengkontaminasi air sumur warga. Sangat berbahaya karena tubuh tidak mampu mengurainya sehingga terakumulasi sebagai racun dalam tubuh.
Karena itu tak berlebihan apabila pemerintah harus bertindak tegas:
  • Melarang izin pembangunan di arah hulu sungai yang mengakibatkan penggundulan hutan.

  • Mulai melaksanakan undang-undang nomor 32 tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan dimana perusahaan yang membuang limbahnya ke sungai akan dibekukan izin usahanya. Dalam kasus ini termasuk peternakan sapi yang membuang kotoran ternaknya ke sungai.

  • Membangun septitank komunal di sepanjang sungai dan mulai memindahkan penduduk yang bermukim di sepanjang aliran sungai (DAS) ke rumah susun sederhana (rusunawa/rusunami) karena umumnya pembangunan di DAS adalah bangunan liar.

  • Melakukan kontrol ketat pada produk plastik. Karena tidak hanya mencemari lingkungan , produk plastik  yang kini beredar tidak ramah bagi kesehatan kita. (silakan lihat bagian bawah produk plastik, umumnya tidak mencantumkan nomor/klasifikasi produk)
Mengapa pemerintah? Karena masyarakat sudah bergerak membersihkan dan melindungi sungai Ciliwung, Cikapundung, Cisadane yang mengalir ke sungai Citarum. Tapi ibarat membersihkan sampah di tempat pembuangan sampah akhir (TPA), semua gerakan menjadi sia-sia apabila pemerintah cuek bebek tidak peduli. Seolah mereka bukan bagian masyarakat juga.

Peringatan hari Sungai Nasional hendaknya jangan menjadi seremoni belaka. Karena kehancuran sungai itu nyata. Dampaknya terjadi pada manusia dan pembangunan berkelanjutan. Apakah kita akan mewarisi sungai penuh kotoran ataukah sungai yang terpelihara  ekosistemnya, semua kembali pada cara pandang dan langkah nyata kita. Masih sanggupkah kita meneguk air minum ketika menyadari bahwa limbah pabrik hingga kotoran hewan dan manusia  pernah hinggap disitu?

**Maria G. Soemitro**

Sumber data:  Kompas .com
1343371275187912575
Beberapa maket untuk menginventarisir masalah s. Citarum
13433714461719096785
maket penunjuk masalah s. Citarum di BPLHD
13433715971911963154
kompleksitas masalah s. Citarum

Comments

Popular posts from this blog

Sejuta Biopori Untuk Antisipasi Banjir di Bandung

  Banjir di jl Pagarsih Kota Bandung tahun 2012 (sumber FB) Bak ritme tahunan yang enggan diakhiri, seiring derasnya hujan, beberapa kota terlanda banjir : Jakarta, Bandung, hingga kota kecil Jepara. Banyak penyebabnya, mulai hilangnya daerah resapan air di kawasan Puncak (KBU dan Lembang di Bandung), alih fungsi lahan basah, eksploitasi air tanah hingga pasangnya air laut.   Untuk mengatasi banjir, para pakar aktif urun rembug. Mulai cara mudah dan mudah hingga proyek prestisius yang membutuhkan anggaran triliunan rupiah. Walikota Bandung, Ridwan Kamil selaku pemegang otoritas Kota Bandung pernah mengajak warganya membuat gerakan sejuta biopori yang dilaksanakan serempak dari tanggal 20 Desember hingga 25 Desember tahun 2013 silam. Progam mudah dan murah yang bisa dilakukan serentak berbekal alat pelubang biopori seharga kurang lebih Rp 300.000. Biopori? Mengapa memilih biopori? Mengapa bukan sumur resapan? Bagaimana mungkin lubang resapan biopori berdiamete...

Hari Air Sedunia, Peringatan Kelangkaan Air

source : guardian.ng Berapa lama manusia bisa bertahan tanpa minum? Menurut sumber ,  ternyata manusia hanya mampu bertahan 4-7 hari, tergantung situasi. Beberapa faktor mempengaruhi,  misalnya temperatur.  Manusia yang terjebak dalam suhu dingin bisa bertahan lebih lama karena jumlah air yang dikeluarkan lebih sedikit. Sayangnya, kebutuhan akan air yang begitu vital, berbanding terbalik dengan suplai air. Khususnya dari PDAM,  pihak yang mendapat mandat menyediakan air bersih pada warga masyarakat. Saya misalnya, sering harus begadang karena air dari PDAM baru mengalir pukul 22.00 hingga pukul 2.00 dini hari. Padahal saya sudah ngomel panjang pendek melalui salah satu group facebook yang menfasilitasi keluhan warga Bandung.  Feedback hanya sekedar menanyakan nomor langganan, kemudian senyap. #Duh. Situasi ini membuat saya bertanya: “Bagaimana 10 tahun mendatang? Juga bagaimana kabar air dari kota-kota lain? Saya mengetik “warga mengel...

Bauran Energi 25-25, Strategi Indonesia Hadapi Krisis Energi

bauran energi 2025 Aksi protes pro demokrasi  di berbagai negara Arab menyusul mundurnya presiden Tunisia dan Mesir mengakibatkan harga minyak dunia melesat diatas US $104 per barel . Harga yang relative sulit turun mengingat situasi yang makin memanas. Iran berupaya mengirim kapal-kapal angkatan laut ke kawasan Mediterania dan Pemimpin Libya, Muammar Khadafi memerintahkan mengganggu ekspor minyak Libya dengan menghancurkan pipa ke Mediterania Tertanggal 23 Februari 2011, Libya menyatakan force majeur dan efektif membatalkan kontrak minyak. Padahal Libya merupakan pemilik cadangan minyak terbesar di Afrika sebesar 42 miliar barel dan menjadi produsen ke empat terbesar di Afrika dengan produksi 1,8 juta barel per hari. Sedangkan Bahrain, Yaman, Aljazair, Libya dan Iran - mewakili sepuluh persen dari produksi minyak mentah dunia,” Tanpa tragedy dan ketegangan yang meningkat di Timur Tengah dan Afrika Utara, para...