Skip to main content

Mungkinkah Cikapundungku Jernih Kembali?




13039630501507998430
Siap bermain air Cikapundung (dok. Maria Hardayanto)
Asep berlari kedalam rumah, melepas semua bajunya kemudian dengan bertelanjang bulat dia berlari menuju tepian sungai Cikapundung dan ……..byurr….dia  bergabung dengan teman-temannya untuk sekedar berkecipak air. Maklum Asep baru berumur 3 tahun. Teman-temannya yang lebih besar berenang agak ketengah. Sebagian lagi merengek meminjam ban bekas  pada sekelompok  anggota Komunitas Peduli Cikapundung Bersih yang sedang menata ban bekas bewarna-warni dipinggiran sungai.

Anak-anak itu seolah tak peduli bahwa ada pejabat yaitu Wakil Walikota Bandung yang sedang temu wicara dengan anggota komunitas. Berembug untuk memecahkan permasalahan sungai Cikapundung.

Sementara sebagian dari anggota komunitas menyiapkan pentas kesenian lokal diatas panggung seadanya.
Sungai Cikapundung memang sedang merias diri. Dimulai Agustus 2010, Wakil Walikota Bandung, Ayi Vivananda bersepakat dengan masyarakat seputar sungai Cikapundung untuk mencanangkan Sungai Cikapundung bersih dalam program ProKaSih (Program Kali Bersih) dan menargetkan 8 km pertama bersih di tahun 2011. Dimulai dari Curug Dago hingga Kelurahan Taman Sari. Total panjang sungai Sungai Cikapundung yang melewati Kota Bandung adalah  15,5 Km. Melewati 7 kecamatan, 15 kelurahan dan 12 anak sungai.

Apa yang mereka lakukan? Banyak! Diantaranya adalah  festival kukuyaan yaitu suatu permainan menggunakan pelampung yang terbuat dari ban, dimana orang merebahkan dirinya diatas ban  dan melaju menggunakan kederasan air sungai tersebut. Juga pertunjukan barongsai dan beragam kesenian setempat seperti Karinding, Lengser dan Kecapi.

Konsekuensinya, sungai harus bersih. Karena itu diadakan juga Operasi Kuya yaitu lomba membersihkan Sungai Cikapundung yang diikuti 200 peserta dan pemenangnya mendapat trophy dari Walikota Bandung.

Tapi esensi dari semua kegiatan adalah menumbuhkan kepedulian penduduk sepanjang Sungai Cikapundung terhadap sumber daya alamnya. Sungai yang semula dianggap tempat pembuangan sampah hingga bewarna hitam dan menimbulkan gatal-gatal, secara berangsur digunakan sebagai tempat rekreasi.

Masih sebatas dinikmati oleh penduduk sekitar dan anak-anak. Tetapi target akhirnya tak main-main yaitu tempat wisata dimana setiap pengunjung  dapat menikmati keindahan Sungai Cikapundung sambil berarung jeram, permainan kukuyaan dan flying fox.
persiapan arung jeram
persiapan arung jeram
sumber gambar : disini
Dan seorang pejabat seperti  Ayi Vivananda haruslah menempatkan dirinya sebagai pemersatu, pelindung dan fasilisator karena walaupun di sepanjang Sungai Cikapundung bermukim etnis  yang sama, tetapi ada keberagaman kebutuhan yang harus difasilitasi. Sebagai contoh  kini sudah terbentuk 24 komunitas yang tersebar di sepanjang sungai Cikapundung tetapi ada lebih banyak lagi penduduk yang merasa anggota komunitas adalah anggota eksklusif hanya karena perbedaan sudut pandang dan kegemaran.

Nandang (56 tahun) dan teman-teman misalnya. Mereka mempunyai keasyikan tersendiri dengan memancing di Sungai Cikapundung. Karena di area tertentu ada semacam cekungan cukup dalam tempat ikan berlindung, baik ikan yang tidak sengaja lolos dari tempat pembudi daya ikan maupun benih ikan yang sengaja ditebar di Babakan Siliwangi Bandung.
13039594701589460243
Hasil Pancingan : Ikan atau Sampah (dok. Maria Hardayanto)
Langkah lain yang sedang dikerjakan pemerintah Bandung adalah menyediakan anggaran untuk membangun septic tank komunal karena 68 persen Sungai Cikapundung merupakan kawasan padat penduduk dimana setidaknya ada 1.058 bangunan di sepanjang bantaran Sungai Cikapundung yang masih membuang kotoran rumah tangganya ke sungai. “Keur cingogo ngusep, sok jol aya nu koneng-koneng, neng” cerita Nandang sambil tertawa. (terjemahan pen. : “Sedang asyik jongkok memancing, tiba-tiba ada yang kuning-kuning, neng”)

Tapi pelanggaran terparah  dilakukan satu rumah sakit di utara Bandung, khususnya di jalan Ciumbuleuit yang membuang limbah medisnya ke sungai Cikapundung. Sehingga bertepatan pada Hari Lingkungan Hidup Sedunia, tanggal 5 Juni 2011 akan diberlakukan  denda bagi  siapapun yang membuang sampah ke sungai. Pelanggar perseorangan akan mendapat sanksi denda sebesar Rp 250 ribu. Sedangkan badan usaha tidak hanya akan mendapat teguran tetapi juga ancaman penutupan kegiatan usahanya.
Bandung sebetulnya mempunyai perda K3 (Ketertiban, Kebersihan dan Keindahan) yaitu Perda nomor 11 tahun 2005. Pelaksanaan pengawasan perda akan diserahkan kepada masyarakat setempat dimana pelanggaran yang terjadi bisa dilaporkan kepada Satpol PP untuk ditindak. Ayi merasa optimis karena komunitas dan warga yang berdomisili di sepanjang Sungai Cikapundung sudah merasakan dampak positif aliran air yang bersih, deras dan bebas sampah.

Selain pengawasan melekat pada warga yang bandel dan membuang sampahnya ke sungai, penanaman lahan kosong dengan tanaman akar wangi dan bambu harusnya menjadi salah satu alternatif. Karena hutan bambu rupanya mengundang sekawanan burung belekok untuk tinggal di daerah Cisaranten, Bandung. Suatu sinyal positif dalam usaha menciptakan ekosistem yang dibutuhkan bagi lingkungan hidup berkelanjutan. Dengan adanya predator, warga Bandung tidak usah was-was akan ada serangan ulat bulu.
Langkah terakhir yang sudah mulai dilakukan adalah dengan penanaman kembali kawasan Bandung Utara oleh Dinas Kehutanan Jawa barat. Kawasan Bandung Utara gundul karena dirambah pengembang yang menjadikannya perumahan mewah. Juga alih fungsi lahan menjadi perkebunan sayur sehingga tanah menjadi gembur dan mudah longsor.

Penanaman kembali pohon species khusus diatas tanah seluas 10,03 hektar di Desa Cibodas, Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat tersebut diharapkan dapat memulihkan Kawasan Bandung Utara sebagai daerah resapan air sekaligus kawasan hutan buatan untuk tempat pelestarian dan penelitian tumbuhan langka yang biasanya terdapat di hutan.

Dari target 10.000 pohon, baru ditanam 5.000 pohon dari delapan family tanaman langka. Yaitu pohon puspa (Schima noronhoe), pohon meranti merantian  (Dipterocarpaceae), pohon salam (Eugenia polyantha), pohon menteng (Baccaurea spp), pohon kecapi (Sandoricum koetjape), pohon jengkol (Pithecelopboum lobatum), pohon ki hujan (Samanea saman), pohon limus (Mangifera odoratisimus), pohon buni (Antidesma bunius), dan lain-lain.

Kepedulian, partisipasi dan perjuangan tanpa henti dari semua elemen masyarakat diperlukan untuk mengembalikan lingkungan hidup yang terlanjur rusak untuk kembali ke sedia kala. Selain itu diperlukan juga kebijaksanaan yang saling melengkapi antar instansi. Bukankah pengambil keputusan dan pelaku kebijakan adalah warga masyarakat juga. Yang menerima dampak  negatif akibat lingkungan hidup yang  rusak  akibat ditelantarkan  dan  didzalimi.

Seperti pepatah karuhun :
LEUWEUNG RUKSAK, CAI BEAK, MANUSA BALANGSAK..!!!
Atau :
NO FOREST, NO WATER, NO FUTURE ..
13039617401808688699
bu…foto….bu…. (dok. Maria Hardayanto)
130396252839392704
asyik kukuyaan sendiri…(dok. Maria Hardayanto)
13039628403115527
Salah satu Komunitas : Kuya Tilu Belas (dok. Maria Hardayanto)


Comments

Popular posts from this blog

Kegenitan Kampus Undip

Sulit mencari ungkapan  tepat untuk mengungkapkan kampus baru Universitas Diponegoro di Tembalang, Semarang Provinsi Jawatengah. Memang ada jargon kampus yaitu kampus keanekaragaman hayati. Pohon-pohon dibiarkan tetap tumbuh demikian pula semak-semak bahkan ada 2 ekor sapi yang mencari rumput di area kampus. Sapi di area kampus? Begitu banyak kampus, baru sekarang penulis melihat sapi merumput dan memamah biak rumputnya dengan santai. Kebetulan hujan sedang turun, apabila tidak bisa dibayangkan ada banyak burung, kupu-kupu, belalang dan beragam serangga lainnya bersenda gurau diantara pepohonan yang asri tersebut. jalan masuk kampus Undip dan beragam bangunan fakultas di kanan kirinya Kampus baru Universitas Diponegoro ini begitu bersolek. Ada patung Diponegoro berkuda menyambut pengunjung. Ada dua gedung kembar di kanan dan kiri jalan menuju area kampus. Bak  pager bagus menyambut kedatangan siapapun yang ingin menikmati keindahan  kampus Undip. Dan tidak seperti kampus

Dampak Pemanasan Global Bagi Kesehatan

Perubahan iklim membawa pengaruh besar terhadap kesehatan manusia, kehidupan sosial, dan lingkungan tempat tinggal kita. Manusia terancam kekurangan air bersih, sumber-sumber makanan, dan tempat tinggal yang layak huni. Demikian kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di dalam rilisnya. Antara tahun 2030 - 2050, perubahan iklim diduga akan menyebabkan kenaikan angka kematian sebesar 220 ribu jiwa per tahun akibat malanutrisi, diare, dan udara panas. Pemanasan global Selama lebih dari 50 tahun, aktivitas manusia, terutama pembakaran fosil, seperti batu bara dan minyak bumi, telah melepas sejumlah besar karbon dioksida dan emisi gas lainnya. Gas-gas ini kemudian terperangkap di bawah lapisan atmosfer dan menyebabkan pemanasan global. Dalam 130 tahun terakhir, dunia telah menghangat sekitar 0,85 derajat C. Tiga dekade terakhir ini atau terhitung sejak 1850, bumi menjadi lebih panas dari sebelumnya. Akibatnya, lapisan es bumi mencair, permukaan laut naik, dan pola pr

Bauran Energi 25-25, Strategi Indonesia Hadapi Krisis Energi

bauran energi 2025 Aksi protes pro demokrasi  di berbagai negara Arab menyusul mundurnya presiden Tunisia dan Mesir mengakibatkan harga minyak dunia melesat diatas US $104 per barel . Harga yang relative sulit turun mengingat situasi yang makin memanas. Iran berupaya mengirim kapal-kapal angkatan laut ke kawasan Mediterania dan Pemimpin Libya, Muammar Khadafi memerintahkan mengganggu ekspor minyak Libya dengan menghancurkan pipa ke Mediterania Tertanggal 23 Februari 2011, Libya menyatakan force majeur dan efektif membatalkan kontrak minyak. Padahal Libya merupakan pemilik cadangan minyak terbesar di Afrika sebesar 42 miliar barel dan menjadi produsen ke empat terbesar di Afrika dengan produksi 1,8 juta barel per hari. Sedangkan Bahrain, Yaman, Aljazair, Libya dan Iran - mewakili sepuluh persen dari produksi minyak mentah dunia,” Tanpa tragedy dan ketegangan yang meningkat di Timur Tengah dan Afrika Utara, para  pe