Setiap tiga hari, ITB “menebang” satu pohon pinus untuk memenuhi kebutuhan kertasnya karena 1 pohon pinus hanya menghasilkan 80.500 lembar kertas. Dan untuk membuat 1 kg kertas dibutuhkan 17 galon air yang setara dengan 324 liter air.
Pernyataan tersebut dapat dilihat di pameran Envirovolution, 10 Maret 2012. Suatu pameran yang diselenggarakan Unit Lingkungan Hidup, U-Green ITB dan merupakan penutup serangkaian event Envirovolution 2012. Event yang tepat sasaran karena diadakan menjelang kenaikan harga BBM bulan April 2012. Dimana masyarakat harus mengencangkan ikat pinggang sehubungan dengan melambungnya harga-harga, kenaikan tarif daya listrik (TDL) dan biaya transportasi.
Semua saling berhubungan. Biaya tinggi memproduksi kertas saling berkelindan antara biaya bahan baku, biaya proses, biaya transportasi hingga sering melupakan satu hal penting: biaya lingkungan. Karena harga kertas per lembar tidaklah mencerminkan harga sesungguhnya. Ada pasokan oksigen yang terenggut. Ada keanekaragaman hayati yang hilang. Semuanya tidak bisa dikalkulasi karena prinsip dagang bertolak belakang dengan prinsip lingkungan.
Sehingga kata “menebang” yang disematkan bagi ITB bukan sekedar hiperbolis. Tetapi untuk mengingatkan. ITB dan beberapa perguruan tinggi negeri yang telah mulai menghemat kertas dalam berbagai proses administrasinyapun ternyata masih belum terlepas dari “dosa menebang pohon”.
Apalagi instansi pemerintah dan lembaga swasta, dosa ekologis mereka pastilah jauh lebih besar. Mengingat kebijakan mereka yang belum berubah dalam menghambur-hamburkan kertas. Contohnya tanda penyetoran uang suatu bank swasta di bawah ini.
Karena itu sungguh tepat tema yang diusung U-Green tahun ini, yaitu diet energy. Dimulai dari Workshop Diet Energy dari tanggal 5 hingga 8 Maret 2012, dan ditutup dengan Pameran Envirovolution serta Seminar Diet Energy pada tanggal 10 Maret 2012 dengan narasumber wakil menteri ESDM, Widjajono Partowidagdo yang berbagi mengenai “ Cadangan Energy Indonesia dan Tantangan ke Depan”. Urbanis, Marco Kusumawijaya dengan topic “Green Building and Green City” serta EECCHI (Energy Efficiency and Conservation Clearing House Indonesia) yang berbagi kiat “Diet Energy melalui Aktivitas Sehari-hari”.
Diet energy? Apakah itu? Diet energy adalah suatu gerak langkah yang terukur dan terstruktur yang merupakan suatu pilihan untuk kondisi lingkungan yang lebih baik. Mungkin seperti diet kalori yang harus dilakukan seseorang untuk menjaga kesehatannya. Demikian juga diet energy. Bedanya seseorang yang melakukan diet energy, tidak hanya bermanfaat untuk dirinya sendiri tetapi juga bermanfaat bagi masyarakat secara keseluruhan.
Sebagai contoh, sekelompok mahasiswa yang berdomisili dikawasan sama dan terbiasa menggunakan kendaraan pribadi menuju kampus, baik kendaraan roda empat maupun roda dua. Aksi diet energy mereka akan sangat bermanfaat apabila mereka mau beramai-ramai hanya menggunakan satu/dua kendaraan roda empat. Apalagi apabila mereka memilih menggunakan angkutan umum. Atau bersepeda dan berjalan kaki ke kampus. Tentu saja itu yang terbaik. Hasilnya lebih maksimal. Mungkin apabila dianalogikan diet kalori itu berarti pengurangan bobot tubuh sebanyak 10 kg/bulan (kebanyakan nggak ya?) ^_^
Hasil signifikan akan terasa apabila semua warga kota menyadari hal tersebut. Jarak 100 hingga 200 meter cukup ditempuh dengan berjalan kaki, tidak usah naik angkutan umum apalagi mobil/sepeda motor pribadi. Jangan hanya mengandalkan pohon sebagai penyerap karbondioksida, tetapi diet energy mutlak dilakukan. Cadangan energy kian menipis. Produksi bioenergi masih terbentur biaya tinggi dan ancaman lahan terbatas yang akan “berebut” dengan lahan pangan.
Situasi semakin miris ketika dataran di bumi yang tidak bertambah luas harus mencukupi berbagai kebutuhan: perumahan, pangan, hutan dan ……. sampah! Ya, lahan sampah semakin meluas seiring semakin bertambahnya penduduk bumi. Padahal banyak sampah yang sulit terurai di alam.
Daftar tabelnya sebagai berikut:
NOMOR
|
JENIS BARANG
|
JANGKA WAKTU
|
KETERANGAN
|
1.
|
Kertas
|
2 – 5 bulan
| |
2.
|
Kulit buah
|
6 bulan
| |
3.
|
Karton/kardus
|
5 bulan
| |
4.
|
Filter rokok
|
10 – 12 tahun
| |
5.
|
Kantung plastik
|
10 – 12 tahun
|
1 lembar
|
6.
|
Benda kulit
|
25 - 40 tahun
| |
7.
|
Kain nilon
|
30 - 40 tahun
| |
8.
|
Jaring ikan
|
30 – 40 tahun
| |
9.
|
Aluminium
|
80 – 100 tahun
| |
10.
|
Baterei bekas
|
100 tahun
| |
11.
|
Kumpulan plastik
|
200 – 1.000 tahun
|
Ditimbun tanah
|
12.
|
Botol kaca
|
1 juta tahun
| |
13.
|
Styrofoam
|
Tidak hancur!
| |
Disarikan dari berbagai sumber oleh U-Green ITB.
Ada berbagai fakta menarik lainnya yang diusung pameran Envirovolution kali ini, yaitu ada 2 tempat di samudera Pasifik yang penuh sesak olah sampah dan banyaknya seluas benua Amerika!
U-Green juga mengungkapkan fakta bahwa setiap jamnya, 1.732,5 hektar hutan hilang hanya untuk bahan baku kertas. Menyikapi kepedulian terhadap kehancuran hutan, U-Green mempunyai unit mendaur ulang kertas bekas dan menuliskan pesan-pesan lingkungan diatas kertas daur ulang tersebut.
Hanya itu? Tentu saja tidak. Seiring ditutupnya event Envirovolution diharapkan ada kelanjutan langkah. Karena itulah judul tulisan ini Envirovolution ( 2012 ).
Envirovolution harus dilakukan secara berkesinambungan ketika kita menyadari penghancuran alam yang dilakukan oleh manusia sendiri. Gerakan perubahan kearah lingkungan yang lebih baik tidak ada artinya apabila hanya dilakukan di suatu event di tahun 2012. Tapi harus selamanya. Selama bumi berputar dan manusia sebagai mahluk hidup memerlukan mahluk hidup lainnya yaitu fauna dan flora. Relasi itu harus berbentuk persahabatan, tidak sekedar transaksi jual beli.
Relasi tersebut juga berlaku antara manusia dengan benda mati. Tanah yang subur dan terpelihara karena mahluk hidup diatasnya saling menjaga akan memberikan manfaat berlipat bagi umat manusia. Tapi berbalik menjadi malapetaka ketika area tanah tersebut menjadi tempat penimbunan sampah dan pohon-pohon yang berdiri tegak diatasnya ditebang bahkan dibakar.
Ingin berperan serta dalam diet energy? Mulailah dari hal terkecil, misalnya memilih pangan lokal. Bukan semata karena romantisme aku cinta Indonesia, tapi pangan lokal menghabiskan energy lebih kecil dalam pendistribusiannya dibanding pangan impor. Mulailah mencabut semua peralatan listrik langsung dari sumbernya (kecuali refrigerator). Tidak hanya menghemat energy tapi juga tindakan preventif dari kemungkinan kebakaran akibat arus pendek. Selebihnya klik disini.
Selain itu kita juga bisa menyiasati kondisi rumah agar tetap sejuk tanpa harus menggunakan pendingin udara. Tulisan tentang green building menyusul, karena kemarin penulis memilih mengikuti Kompasiana Blogshop N5M daripada ceramah pak Marco Kusumawijaya mengenai green building and green city. ^_^.
Penulis juga tidak bisa mengikuti workshop diet energy. Jadi? Sekian dulu ……..mau bongkar file untuk tulisan berikutnya. ^-^
**Maria Hardayanto**
3 Event sekaligus berbarengan Envirovolution menyambut di gerbang ITB (ki-atas), Bersama Ketua Departemen Eksternal, Rani yang menari di opening Seminar Diet Energy (ka-atas), stand U-Green (ka-bawah), bersama Marco Kusumawijaya (ki-bawah)
Comments
Post a Comment